21 Juli 2025
Asmara Abigail di Locarno: Seniman Perempuan Indonesia dalam Kursi Pengarah Sinema Dunia
PHOTOGRAPHY BY IKMAL AWFAR styling ALIA HUSIN

Di tengah riuhnya musim panas Eropa, sebuah kabar menggembirakan datang dari Locarno, kota kecil di Swiss yang sejak 1946 menjadi rumah bagi salah satu festival film paling tua dan paling dihormati di Eropa. Untuk edisi ke-78 yang berlangsung 6–16 Agustus 2025, nama Asmara Abigail tercantum dalam jajaran juri kompetisi Concorso Cineasti del Presente, bersama tokoh-tokoh dunia seperti La Frances Hui (Direktur Departemen Film Museum of Modern Art, New York) dan Kani Kusruti (aktris film peraih penghargaan All We Imagine as Light, yang membuka Festival Film Cannes 2024).
"Saya merasa bersyukur sekaligus bertanggung jawab terhadap pengalaman dan tantangan ini. Sebagai aktor yang hidup di dalam dunia sinema, menjadi juri adalah lebih dari sekadar kehormatan, melainkan bagian dari panggilan profesi saya. Saya merasa beruntung bisa duduk bersama La Frances Hui dan Kani Kusruti, menyaksikan karya-karya para pembuat film muda yang kelak akan menggerakkan roda baru dalam sejarah sinema dunia," ujar Asmara kepada majalah ELLE Indonesia.
Bukan sekadar kehadiran simbolik, keterlibatan Asmara dalam perhelatan ini adalah penegasan bahwa pelaku sinema Indonesia kini tak lagi hanya hadir sebagai penonton, namun ikut menentukan arah dan wacana perfilman dunia.
Perempuan, Asia Tenggara, dan Hak Suara di Sinema Global
Tahun ini, kehadiran Asmara beresonansi lebih luas berkat kemunculan perempuan Indonesia lainnya dalam peran strategis dunia film. Yulia Evina Bhara, produser di balik The Science of Fictions, film yang juga dibintangi Asmara dan pernah berlaga di Locarno, ditunjuk menjadi juri Semaine de la Critique Cannes 2025 serta juri Emmy Awards. Sementara Kamila Andini, sutradara yang konsisten mengeksplorasi isu perempuan dan identitas, masuk sebagai anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences dan memiliki hak suara dalam Oscar 2025.
Kehadiran tiga perempuan ini bukan kebetulan. Mereka merepresentasikan gerakan kolektif perempuan Asia Tenggara yang kini tidak hanya aktif di ranah produksi, tapi juga di ruang-ruang pengambilan keputusan sinema dunia. Sebuah manifestasi dari gelombang baru sinema Asia Tenggara yang berakar lokal namun berdampak global.
Locarno: Panggung Film Alternatif yang Mengubah Sejarah
Locarno adalah festival dengan karakter kuat: tempat film-film eksperimental, personal, dan tak kompromistis mendapat ruang. Sejak berdiri tahun 1946, Locarno telah menjadi laboratorium penting yang memetakan arah baru sinema dunia. Sutradara besar seperti Claire Denis, Jim Jarmusch, hingga Lav Diaz, pernah melintasi panggungnya. Festival ini juga telah lama membuka panggungnya bagi karya-karya dari Indonesia. Selain The Science of Fictions (2019), Hiruk Pikuk Si Alkisah karya Yosep Anggi Noen yang juga dibintangi Asmara meraih Special Jury Prize di Locarno, memperkuat posisi film Indonesia di festival ini, serta film Stone Turtle dengan narasi feminis yang menghadirkan Asmara dalam performa yang membuatnya masuk nominasi Aktris Terbaik di tahun 2022.
Tahun ini, penghargaan Leopard of Honour diberikan kepada Alexander Payne dan Lifetime Achievement Award kepada Lucy Liu, sebuah penegasan bahwa festival ini terus menempatkan tokoh-tokoh dengan integritas sinematik tinggi di garis depan.
Lebih dari Aktris: Asmara sebagai Seniman dan Intelektual
Banyak yang mengenal Asmara Abigail sebagai aktris dengan selera artistik yang tajam, tetapi sedikit yang menyadari bahwa jejaknya telah lama melampaui layar. Ia memulai karier melalui Setan Jawa (2016), sebuah film bisu eksperimental dengan iringan orkestra langsung, yang diputar di berbagai festival bergengsi. Sejak itu, filmografi Asmara berkembang dengan pola yang mencerminkan konsistensi artistik: memilih peran dalam karya yang mempertanyakan norma, mengeksplorasi identitas, dan menggali konteks sosial-budaya Asia Tenggara. Pilihan peran Asmara selalu menunjukkan keberpihakan pada karya-karya dengan kedalaman cerita dan konteks sosial yang kuat.
Asmara Abigail bukan aktris yang terjebak dalam polesan industri. Ia juga seorang akademisi lulusan cum laude program Master di bidang Luxury Branding di Milan, serta figur yang terus melatih dirinya dalam berbagai forum internasional, seperti program Berlinale Talents 2023 di Berlin. Sebagai juri, ia telah dipercaya menilai berbagai kompetisi film independen, termasuk Jakarta Film Week, Alternativa Film Festival, dan ReelOzInd!
Kehadirannya di Locarno adalah kelanjutan dari perjalanannya sebagai seorang seniman: perempuan yang memadukan insting artistik, ketajaman intelektual, dan keberanian untuk menjelajahi batas.
Peran dan Pilihan yang Bermakna
Filmografi Asmara menunjukkan pilihan artistik yang berani. Dari Pengabdi Setan hingga Mudik, dari Yuni yang menyuarakan kebebasan perempuan muda hingga Till Death Do Us Part di Rotterdam Film Festival 2025, Asmara terus berpindah antara arus utama dan jalur alternatif. Ia juga aktif mengambil peran di film lintas negara seperti One Two Jaga dan The Ghost and the Gun, yang menuntut riset budaya, bahasa, dan disiplin teknis.
Pilihan-pilihan ini bukan kebetulan. Ia kerap mengangkat karakter perempuan dalam kondisi rawan, ambigu, atau terjepit oleh sistem. Melalui tubuh dan tatapannya, ia membawa narasi perempuan Asia Tenggara keluar dari stereotipe.
Momentum Perubahan
Dengan lebih dari 30 film dalam portofolionya, tiga nominasi Piala Citra, dan pengakuan dari festival-festival dunia, perjalanan Asmara masih terus berkembang. Tahun ini, ia juga tampil dalam Sihir Pelakor, film thriller supranatural Indonesia yang akan tayang pada Juli 2025, serta Black Coffee, film besutan Jeremias Nyangoen yang tengah disyuting bersama Reza Rahadian dan Ine Febriyanti di Aceh.
Bagi Asmara Abigail, dunia film bukan sekadar panggung hiburan, tapi ruang refleksi dan artikulasi identitas. Dan di Locarno 2025, ia menegaskan satu hal penting: bahwa perempuan Indonesia, pelaku seni Indonesia, tidak hanya pantas hadir di ruang global, tetapi juga layak memegang suara dan arah.
Catatan kecil: Pada 2019, Asmara Abigail terpilih sebagai salah satu “Asian Stars: Up Next” versi Variety dan International Film Festival and Awards Macao. Sebuah ramalan yang, hari ini, tampaknya sedang diwujudkan.