15 Juli 2021
Luna Maya Menangkan Hidup dengan Berani dan Bahagia

Lebih dari sekadar sensasi, perjalanannya dibangun di atas kisah berbalut kegigihan sekaligus ketabahan. Luna Maya memenangkan hidup dengan memupuk keberanian dan menubuhkan kekuatan yang berdaya.
Konon ada dua cara ampuh untuk memahami isi kepala seseorang. Pertama, kunjungi tempat tinggalnya dan lihat koleksi bukunya. Kedua, luangkan waktu yang cukup panjang dan mengobrol dengan dia. Salah satu atau keduanya bisa menjadi jalan efektif dalam mengerti orang lain. Beruntung saya punya dua kesempatan tersebut untuk sedikit mengenal Luna Maya, salah satu aktris yang amat populer di negeri ini. Namanya besar. Sosoknya dikenal hampir semua orang di Indonesia. Di tengah deruan kegiatan dan hiruk-pikuk jadwal kerja, Luna Maya meluangkan waktu untuk menyambut sebagian tim redaksi di rumahnya. Suatu kunjungan untuk membahas perkara hunian yang akhirnya membuat saya melihat sebagian koleksi pustaka si pemilik rumah. Mulai dari Sapiens karya Yuval Noah Harari, hingga buku-buku Paulo Coelho. Semua buku tersusun rapi di rak, walaupun beberapa bagian ujungnya terlihat sedikit kusut. Satu tanda bahwa halamannya sering dibaca bolak-balik. Di hari yang berbeda, saya kembali melakukan percakapan melalui sambungan telepon. Dari membahas urusan interior hunian, kini obrolan dengan Luna Maya menyoal ciri perempuan kuat: percaya diri dan berani.
Luna Maya mengawali perbincangan dengan bercerita bahwa ia senang bisa kembali mengisi sampul majalah ELLE. Namun sesungguhnya di awal karier, kata Luna, ia tak pernah bercita-cita menjadi model. Sejak kecil impiannya hanya satu: jadi pemain film. “Sebenarnya gara-gara dulu waktu kecil suka banget nonton Mary Poppins. Semenjak itu saya bercita-cita ingin jadi pemain film. Tapi bagaimana caranya? Dulu saya berpikir, untuk membuka jalan menuju film rasanya bisa lewat jalur modeling. Melatih diri di depan kamera, mengasah kepercayaan diri. Dengan harapan, mudah- mudahan akhirnya bisa dikenal sama sutradara atau produser film. Syukurnya keinginan saya bisa terwujud,” kenangnya.

Luna Maya bukan anak baru di industri hiburan. Akhir tahun 1990-an, usai meraih juara pemilihan model majalah remaja, sosoknya kemudian mulai sering mengisi berbagai majalah perempuan. Dunia musik tak mau ketinggalan turut melibatkan Luna Maya. Grup musik Sheila on 7, musisi Glenn Fredly, dan penyanyi Ello merupakan sebagian musikus Tanah Air yang memasang Luna sebagai model video musiknya. Keinginannya jadi pemain film pun akhirnya tercapai manakala ia menerima peran pendukung dalam 30 Hari Mencari Cinta (2004), yang dilanjutkan dengan film Brownies (2005). Setelah itu kariernya di dunia film terus melesat. Nyaris setiap tahun, Luna Maya ikut terlibat di berbagai judul film layar lebar. Ia terbilang produktif sampai suatu hari peristiwa kurang menyenangkan memaksanya untuk rehat sejenak dari industri hiburan.
Harga diri memang tidak pernah ditentukan oleh orang lain, melainkan berasal dari pengenalan atas diri sendiri. Tahu kekurangan dan kekuatan diri sendiri. Dan yang terpenting, sanggup kembali berdiri setelah jatuh berkali-kali. Perempuan kelahiran 1983 ini mendefinisikan kepercayaan diri dengan berani kembali unjuk diri, meski cibiran masih mungkin terjadi. Luna tidak berlama-lama meratapi kekecewaan. Kini hari-harinya disibukkan oleh banyak aktivitas. Dan yang pasti, Luna Maya sekarang tak bisa hanya dipandang dari kemampuan aktingnya, tapi juga sangat bisa diperhitungkan soal kapasitasnya dalam berbisnis.
“Setiap hari selalu ada kegiatan. Mulai dari pergi kantor, meeting dengan klien-klien, syuting tayangan televisi, melakukan berbagai photoshoot, mengerjakan iklan, merencanakan dan membuat konten digital, dan bulan depan mulai syuting serial. Di sela- sela jadwal kerja, saya menyempatkan liburan, terutama ke Bali untuk mengunjungi keluarga. Saya juga bersemangat untuk menyiapkan banyak proyek seru bersama Nama Beauty, salah satu unit bisnis saya di bidang kecantikan. Karena itu saat ini saya sedang tidak bisa mengambil banyak tawaran film yang prosesnya cukup makan waktu. Namun bagaimana pun juga seni peran adalah kecintaan saya sejak lama. Saya tetap ingin berkontribusi walaupun hanya beberapa episode,” cerita Luna.
Lewat beragam peran, kontribusi perempuan ditempuh lewat berbagai bidang dan cara. Terlebih di tengah era digitalisasi teknologi yang memungkinkan seseorang bekerja dalam berbagai bentuk aktivitas. Luna Maya salah satunya. Sangat suka bekerja keras dan bertanding dengan dirinya sendiri. Setelah menapaki dunia film dan wirausaha, kini ia membangun bisnis bertajuk TS Media. Sebuah saluran yang menyuguhkan beragam konten hiburan melalui platform digital. Ia bercerita, “Saya dan Marianne Rumantir, sahabat saya, punya kesukaan yang sama: travelling.

Kami kemudian berpikir, mengapa hobi ini tidak kita buat jadi sesuatu yang lebih besar. Selain mendatangkan profit, juga bisa menginspirasi penonton. Syukurnya kami menerima respons yang cukup bagus, sampai kemudian menerima pendanaan untuk mengembangkannya sebagai bisnis content creation. Dulu waktu jadi “anak TV”, saya pikir media sosial itu hanya sebatas tempat untuk mengekspos kehidupan pribadi kita. Ternyata saya keliru. Menyenangkan sekali bisa menemukan kebaruan dalam berkarya di iklim digital,” ungkapnya.
Luna bercerita, apabila dulu ia tugasnya “hanya” datang ke studio lalu syuting di depan kamera kemudian tayang di televisi nasional, kini harus memikirkan rencana program dan menentukan konten apa yang patut dan layak untuk dikonsumsi publik. Ia mengungkap, “Saya tidak mau bilang ini sulit, tapi yang pasti jauh lebih menantang. Menarik memang ketika kita punya kebebasan untuk mengatur suatu tayangan. Saya sendiri selalu ingin menghadirkan konten-konten yang inspiratif yang dampaknya positif. Konten humor yang menghibur tetap ada, namun seimbang dengan konten edukatif. Ke depannya, mudah-mudahan saya bisa membuat program yang bisa membantu anak-anak putus sekolah agar bisa melanjutkan pendidikan.”
Saya pernah mendengar saran dari seorang desainer interior, “Jangan membuatnya terlihat sempurna. Tapi buatlah agar terlihat menarik!” Pernyataan tersebut seringkali berhasil menyadarkan saya bahwa hidup dan kesempurnaan adalah dua hal yang berjalan tidak beriringan. Merayakan ketidaksempurnaan dalam hidup turut diyakini Luna Maya manakala ia kerap dijuluki perempuan sempurna. “Mereka bilang Kendall Jenner itu sempurna, padahal itu karena kita tidak mengenal dia dengan baik. Semua orang pasti ingin selalu berhasil. Nyatanya hidup suka sekali memberi kejutan yang membuat seseorang mesti putar balik, melupakan mimpi, dan membuang banyak rencana. Termasuk saya, pernah mengalami situasi pahit yang kegetirannya menyakitkan. Selalu ada hal-hal yang menguji kesabaran, menantang nyali, dan mematahkan semangat hidup. Namun semua itu bagian dari kemanusiaan kita. Dan saya bisa berada di titik yang seolah ‘terlihat sempurna’ ini barangkali karena berusaha mengombinasikan kegigihan dengan ketabahan. Sangat tekun mencapai kesempurnaan, tapi juga ikhlas menerima kenyataan bahwa memang ada hal-hal yang tidak akan pernah bisa dikendalikan oleh manusia.”

Orang sering salah mengira. Perempuan kuat adalah mereka yang tak pernah gagal, jarang menangis, dan selalu tegar di setiap situasi.
Padahal kenyataannya, kekuatan itu bisa mungkin terjadi apabila seseorang juga bisa merangkul kelemahannya. “Ada kesalahan, maka kita belajar. Terjadi kegagalan, maka kita menerima lalu melanjutkan hidup. Buat saya, kekuatan itu selalu merupakan kombinasi dari dua hal: teguh pada keyakinan, tapi juga bijak membawa diri. Bila bicara soal perempuan, perempuan yang bahagia dengan dirinya sendiri itu amat menarik. Ketika
kita sudah bisa menerima diri sendiri dengan utuh, maka kita sanggup mengajak orang lain untuk bahagia bersama-sama. Bergandengan tangan untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih baik lagi,” ujar Luna.
Tak pernah tak seru bercengkerama dengan Luna Maya. Kentara sekali dalam percakapan dengan Luna, kita menanam harap bahwa ratusan pertanyaan akan terjawab spektakuler terkait konsep perempuan berdaya. Saat saya menanyakan apa bekal yang dipegangnya untuk menjelajahi setiap kemungkinan dan kesempatan. Jawabannya tidak jauh-jauh dari berani, percaya, sekaligus kuat. “Memikirkan pendapat orang lain adalah kebiasaan yang telah lama saya buang. Saya tidak lagi bisa digoyah kalimat-kalimat buruk yang bikin susah tidur. Well, tentu adakalanya terpengaruh tapi saya berusaha keras agar sekencang apa pun angin menderu, saya tetap berdiri kokoh. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana saya bisa bermanfaat untuk orang lain. Apabila saya tidak membawa dampak positif, maka apa artinya ketenaran yang menyelimuti hidup seorang Luna Maya? Apa yang saya jalani bukan hanya bertujuan menumpuk jumlah angka di rekening, melainkan agar bisa membuat kehidupan orang lain jadi lebih baik dan layak. Sesungguhnya saya tidak sudi menelan mentah-mentah popularitas apabila nyatanya saya tidak bisa membuat kehidupan orang-orang di sekitar menjadi lebih baik,” pungkas Luna Maya.
photography Hilarius Jason styling Ismelya Muntu photography assistants DEVON KHUSUMA & INDOASSISTANT styling assistant GHINA RIZQI makeup Archaangela Chelsea hair Arnold Purnomo