30 Januari 2020
Chicco Jerikho dan Rio Dewanto Memaknai Konsep 'Bromance'

Publik mulai melihat Chicco dan Rio sebagai ‘pasangan’ lewat film Filosofi Kopi. Bagaimana mulanya Anda saling mengenal?
Rio Dewanto: “Chicco sebenarnya senior saya di sekolah, kami beberapa kali satu almamater. Tapi karena beda tingkat tiga tahun, kami tidak pernah bertemu hingga akhirnya terlibat dalam proyek film Filosofi Kopi. Mungkin, begitu yang dinamakan ‘jodoh tidak ke mana’.” Hahaha.
Idealnya, butuh waktu berapa lama untuk Anda mengenal seseorang hingga bersahabat?
Chicco Jerikho: “Tidak butuh waktu lama untuk akrab dengan Rio. Cukup beberapa kali workshop film Filosofi Kopi. Saya menemukan asyik bicara dengannya karena banyak persamaan minat.”
Rio Dewanto: "Tergantung siapa orang itu. Yang pasti saya tidak mudah melepaskan teman. Salah satu sahabat baik saya bahkan telah saya kenal dan tumbuh bersama sejak sekolah dasar."
Bagaimana profesionalisme memengaruhi hubungan persahabatan Anda?
Chicco Jerikho: “Bekerja bersama membuat kami semakin dekat. Memang, awalnya diskusi untuk mendalami peran, kemudian lebih intens dan pembicaraan bukan sekadar tentang film.”

Anda berdua telah memiliki keluarga masing-masing, bagaimana pasangan Anda menilai kedekatan kalian?
Rio Dewanto: “Saat Atiqah mengetahui pemotretan ini, ia heran dan bertanya mengapa saya tidak berpasangan dengannya tapi justru Chicco. Hahaha. Tapi dia hanya bercanda. Atiqah mengerti bahwa pasangan bukan sekadar perkara romantika dua orang yang saling jatuh cinta.”
Chicco, bagaimana Rio memengaruhi hidup Anda?
Chicco Jerikho: “Rio lebih perhatian terhadap detail dan wataknya tenang, keberadaannya memberi keseimbangan bagi spontanitas saya. Kalau ibaratnya Oasis, ia adalah Noel untuk sisi Liam saya. Rio bisa menjadi tempat yang aman untuk saya bicara segala hal tanpa perlu mengontrol diri; memahami saya tanpa menghakimi. Nilai yang kadang sulit untuk Anda bagi bersama keluarga, saya dapat dari Rio.”
Wow, apakah Anda telah menganggap Rio sebagai figur saudara?
Chicco Jerikho: "Oh iya, kedekatan kami sudah sampai di tahap itu."
Apakah Anda memandang hubungan kalian sebagai wujud bromance?
Rio Dewanto: “Hmm, saya akan dengan mudah mengungkapkan kekaguman saya ketika membicarakan Chicco dengan orang lain dan ia tidak ada di tempat. Kalau sedang bersama, tidak mungkin kami mengatakan, ‘Bro, sayang banget gue sama lo.’ Kami akan khawatir salah satu berbuat kesalahan fatal. Hahaha.
Chicco Jerikho: “Kami sering pergi berdua dan melakukan sesuatu bersama-sama, hingga saya merasa kami seperti kembar. Terkadang, kami berpakaian serupa tanpa sengaja. Saya tidak tahu, apa itu cukup untuk dikategorikan bromance?”

Rio, apa hal paling gila yang pernah Anda lakukan bersama Chicco?
Rio Dewanto: Banyak sekali. Hahaha. Salah satunya saat kami pergi trip bersama ke Jepang; saya lupa untuk urusan kerja atau sekadar liburan; kami berdua pergi keluar untuk makan malam hanya dengan mengenakan bath robe. Enggak paham juga kenapa kami melakukannya kala itu, sepertinya cuma untuk bersenang-senang. Hahaha.
Adakah sebuah ingatan yang tidak terlupakan tentang Rio?
Chicco Jerikho: "Pernah ada satu masa di mana saya merasa berada di bawah titik terendah, padahal kala itu film yang saya perankan berhasil tembus Festival Film Toronto. Seharusnya, saya merasa senang. Hanya saja, di sisi lain begitu banyak hal terjadi di hidup saya dan dalam waktu yang begitu cepat. Badan saya mengawal keberhasilan di Toronto bersama perwakilan tim yang lain, tetapi pikiran saya melayang jauh mencari ketenangan. Tidak ada yang bisa melihat kondisi saya saat itu, selain Rio. Yang saya suka dari anak itu, ia juga tidak kemudian berlebihan berusaha membuat saya ceria. Saya ingat betul dia cuma menepuk bahu saya dan mengatakan, “Sudah, tenang saja.” Dan saya percaya kata-katanya."
photography ZAKI AKBAR styling ISMELYA MUNTU grooming ENGELINE INEZ