BEAUTY

20 Mei 2025

Pengaruh & Peran Teknologi Artificial Intelligence dalam Industri Kecantikan


Pengaruh & Peran Teknologi Artificial Intelligence dalam Industri Kecantikan

Qida (The A Models) photography by Andre Wiredja for ELLE Indonesia September 2024; styling Alia Husin; makeup Claudya Christiani Purba; 3D artist Topher Koper

Pada tahun 1997 , sutradara Luc Besson membuat sebuah film berjudul The Fifth Element. Dari sekian banyak hal ikonis yang terlahir dari film tersebut, terdapat sebuah adegan yang meninggalkan kesan tak terlupakan walau durasinya tergolong singkat. Dalam adegan itu, seorang karakter bernama Leeloo—diperankan oleh Milla Jovovich—tampak memegang sebuah alat misterius berwarna hitam dengan logo Chanel di bagian depannya. Saat ia menempelkan alat tersebut pada wajah, seketika muncul riasan yang membuat matanya terlihat memesona. Rupanya alat tersebut merupakan aplikator riasan mata otomatis keluaran Chanel dalam dunia imajinasi film itu. Pada tahun 2025 kini, dapat dikatakan bahwa teknologi seperti yang dihadirkan dalam film fiksi sains seperti The Fifth Element bukan lagi sekadar bunga imajinasi seniman layar lebar, melainkan mulai menjadi bagian dari keseharian kita.

Belakangan ini rasanya ke arah mana pun kita menoleh, mata kita akan bertemu dengan kata AI alias Artificial Intelligence. Teknologi AI memiliki fleksibilitas yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan tertentu, hingga menghadirkan beragam kemudahan yang digadang-gadang dapat melebarkan cakrawala industri yang mengaplikasikannya. Salah satu industri yang bergerak cepat dalam mengadopsi terobosan teknologi ini adalah industri kecantikan, tetapi apakah kehadiran AI memberikan dampak yang nyata dalam dunia kecantikan atau hanya fatamorgana setipis filter Ghibli? Di sini, ELLE menelusuri fakta-faktanya.

AI : IN SHORT

Qida (The A Models) photography by Andre Wiredja for ELLE Indonesia September 2024; styling Alia Husin; makeup Claudya Christiani Purba; 3D artist Topher Koper

Apakah yang dimaksud dengan Artificial Intelligence? Jika diterjemahkan secara langsung artinya adalah kecerdasan buatan, di mana ‘kecerdasan’ yang dimaksud di sini merupakan teknologi yang memungkinkan sebuah mesin untuk mempelajari, memahami, dan memecahkan masalah sebagaimana yang dilakukan manusia. Tentunya sebuah mesin tak mungkin memiliki akal seperti manusia, namun teknologi AI pada dasarnya dapat meniru cara kerja otak dalam proses yang disebut machine learning—yakni melatih algoritma untuk membuat prediksi berdasarkan data yang tersedia. Adapun tipe algoritma machine learning dengan sebutan neural network yang dibuat menyerupai struktur otak manusia beserta fungsinya untuk memproses serta menganalisa data yang kompleks. Neural network ini dapat dijadikan berlapis-lapis sehingga memungkinkan proses deep learning yang menyimulasi kemampuan otak untuk mengambil keputusan.

AI : IN BEAUTY

Dalam industri kecantikan, ada dua jenis AI yang aplikasinya tengah dieksplorasi saat ini: Predictive AI dan Generative AI. Jenis Predictive AI bekerja dengan cara menganalisa rekam jejak untuk mencari suatu pola yang dijadikan basis untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya. Sementara cara kerja Generative AI adalah dengan membentuk sesuatu yang baru dari penggabungan pola yang telah dipelajari dari data yang terkumpul. Keduanya bekerjasama untuk menghadirkan kemudahan dalam industri kecantikan yang sebelumnya tak terbayangkan.

Qida (The A Models) photography by Andre Wiredja for ELLE Indonesia September 2024; styling Alia Husin; makeup Claudya Christiani Purba; nails Paint it Nails; 3D artist Topher Koper.

VIRTUAL BEAUTY

Jika Anda bertanya-tanya bagaimana aplikasi nyata AI dalam industri kecantikan, mungkin sebenarnya Anda telah sering menggunakannya tanpa Anda sadari. Contoh kecil yang mungkin terdengar familier: saat Anda berbelanja kosmetik secara online, muncul balon kata yang bertanya dengan ramah, “how may I help you?” lalu Anda akan berkonsultasi melalui teks dengan sosok elektronik yang dengan riang akan membantu Anda menemukan produk terbaik—ini merupakan contoh kecilnya saja.

Nama-nama seperti Sephora dan Charlotte Tilbury telah mengimplementasi AI yang menggunakan facial recognition dan teknologi augmented reality untuk memperlihatkan efek suatu produk pada wajah yang menggunakannya. Sephora Virtual Artist membantu pelanggan melakukan virtual try-on untuk produk yang diinginkan, misalnya mencoba berbagai lipstik secara virtual untuk menentukan warna yang cocok. Ada pula Charlotte Tilbury Magic Mirror yang memungkinkan pelanggan untuk mencoba berbagai tampilan riasan secara langsung di cermin virtual, yang juga dilengkapi dengan algoritma untuk merekomendasi tampilan riasan terbaik.

Selain itu, teknologi AI juga digunakan untuk menganalisa kulit, misalnya seperti Skin Advisor dari Olay yang cara kerjanya adalah dengan menganalisa foto-foto beresolusi tinggi yang kemudian dibandingkan dengan informasi dari database yang besar untuk memberikan rekomendasi perawatan yang disesuaikan dengan keluhan masalah kulit sang pengguna. Jika Anda tak asing dengan ChatGPT, sebuah AI start-up bernama HautAI telah menciptakan SkinGPT yang dapat menyimulasikan apa yang akan terjadi pada kulit jika menggunakan produk dengan bahan-bahan tertentu yang dikombinasikan dengan paparan faktor lingkungan serta faktor umur dan disajikan dalam bentuk visualisasi hiper realistis. Sebagai contoh, teknologi ini memungkinkan Anda untuk melihat apa yang akan terjadi pada kulit Anda jika menggunakan, misalnya, vitamin C atau retinol secara rutin pada umur 30 tahun seraya terpapar polusi dan panasnya kota Jakarta. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi tambahan yang dapat memperkuat kemampuan Anda dalam mengambil keputusan terbaik untuk kesehatan kulit.

Qida (The A Models) photography by Andre Wiredja for ELLE Indonesia September 2024; styling Alia Husin; makeup Claudya Christiani Purba; nails Paint it Nails; 3D artist Topher Koper.

REAL BEAUTY

Selain beragam fasilitas virtual berbasis AI yang membantu melengkapi informasi yang dibutuhkan saat mencari solusi tepat untuk kulit, teknologi AI juga diimplementasikan pada kreasi inovasi berbentuk fisik yang dapat memberikan dampak secara langsung. Tak hanya kasat mata, namun juga dapat disentuh.

Acie menciptakan sebuah perangkat dengan beberapa kapsul detachable yang dapat diisi dengan deretan produk perawatan Anda untuk merangkum langkah-langkah rutinitas perawatan kulit dalam satu perangkat yang sekaligus menjadi aplikatornya. Apa hubungannya dengan AI? Perangkat ini terkoneksi aplikasi yang secara singkat dapat disebut seperti Apple Health untuk kulit. Mengambil konsep perawatan yang dipersonalisasi, aplikasi ini memeriksa kulit menggunakan

algoritma AI untuk menemukan detail-detail tak terlihat yang dapat menjadi penanda kondisi kesehatan kulit. Berangkat dari situ, aplikasi ini mencatat setiap produk yang digunakan dalam kapsul perangkatnya lalu memberikan skor untuk menentukan kecocokannya dengan kulit. Ditambah dengan kehadiran AI Coach yang selalu sedia membantu via teks, inovasi dari Acie ini bertujuan merekam jejak individual untuk mengenali pola yang dapat dijadikan basis untuk merawat kesehatan kulit dengan cara yang jauh lebih personal.

Personalisasi merupakan salah satu faktor utama yang menggerakkan ketertarikan pada teknologi AI, karena teknologi ini memungkinkan untuk benar-benar menyesuaikan sesuatu fungsi atau produk mengikuti informasi dan spesifikasi setiap individu. Bentuk personalisasi dari L’Oreal hadir dalam bentuk Perso, sebuah perangkat yang menggunakan data geo-location, kondisi lingkungan, serta kondisi kulit untuk mengoptimalkan formulasi produk perawatan kulit yang digunakan. Tergantung kebutuhan, Perso dapat mengubah tekstur formulasi atau menambahkan kadar hidrasi, dan sajian dosis formulasinya pun berbeda untuk pagi dan malam hari.

Tak hanya untuk perawatan kulit, YSL Beauty menghadirkan rangkaian warna lipstik yang dapat dipersonalisasikan menggunakan perangkat Perso. YSL Rouge Sur Mesure hadir dalam bentuk cartridge set yang dapat diformulasikan menjadi warna custom sesuai dengan spesifikasi pengguna perangkat Perso. Fungsi personalisasi alat satu ini akan terus meningkat dengan frekuensi penggunaan, karena pada dasarnya teknologi AI akan menjadi semakin ‘pintar’ dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan.

Dari sisi treatment kulit, teknologi AI hadir dalam alat ciptaan BTL Aesthetics bernama EXION, yang menggunakan energi radio frequency (RF) dan microneedling untuk menstimulasi produksi kolagen serta memperbaiki tekstur dan kekencangan kulit. Sebelumnya teknologi RF menyalurkan suhu panas pada kulit untuk menstimulasi kolagen, namun efektivitasnya dibatasi disipasi panas dan hilangnya energi pada permukaan kulit. Utilisasi teknologi AI pada alat ini adalah dengan AI-driven monopolar RF yang menyesuaikan penyaluran energi secara dinamis, meningkatkan efektivitas dengan menembus lebih dalam pada kulit namun meminimalisir rasa sakit, lantas membuat treatment ini lebih aman dan nyaman.

Jika Anda mengharapkan teknologi AI yang lebih mendekati alat yang digunakan Leeloo dalam film The Fifth Element, mungkin inovasi dari LUUM Lash, yang menggunakan tenaga robot serta teknologi AI untuk mengaplikasikan extension bulu mata secara presisi dalam waktu yang lebih singkat, dapat membuat Anda melirik. Untuk opsi yang lebih ‘berwarna’, mata Anda mungkin dapat ditujukan pada kreasi dari startup bernama Clockwork: sebuah booth manikur yang menggunakan AI untuk memindai masing-masing bentuk kuku agar dapat diberi pulasan warna dengan sempurna oleh sebuah robot, menghasilkan kuku-kuku cantik hanya dalam waktu 10 menit. Memang, teknologi AI dalam industri kecantikan masih belum sehalus alat rias otomatis Leeloo, namun jika melihat pergerakan yang terjadi saat ini, rasanya takkan lama lagi.