FASHION

25 Juni 2025

Keindahan Negeri India di Koleksi Busana Laki-Laki Louis Vuitton untuk Musim Semi/Panas 2026


Keindahan Negeri India di Koleksi Busana Laki-Laki Louis Vuitton untuk Musim Semi/Panas 2026

photo DOC. Louis Vuitton

Pada tanggal 25 Juni 2026 silam, Louis Vuitton kembali menghelat sebuah show untuk mempresentasikan koleksi busana laki-laki terbarunya untuk musim semi/panas 2026. Menyoroti pengaruh gaya busana India modern pada lanskap busana kontemporer global dan mencerminkannya dalam gaya dandyism, menjadi inti dari koleksi rumah mode asal Prancis tersebut musim ini. Dibingkai oleh dialog skenografi dengan Studio Mumbai–visioner arsitektur yang memadukan tradisi dan modernitas India–proposal tersebut dipadukan dengan lingkungan sensorik India. Elemen-elemen tersebut menginspirasi sang Direktur Kreatif, Pharrell Williams, untuk merenungkan kepekaan multi-aspek gaya busana India masa kini, lewat kain, potongan, warna, dan pengerjaan yang dikondisikan oleh hubungan dengan kota, alam, dan vitalitas matahari. Naluri Louis Vuitton yang begitu sinonim dengan perjalanan, mengaktifkan sejumlah gagasan tentang komunitas di seluruh dunia yang terhubung oleh apresiasi terhadap kebijaksanaan, keahlian, dan eksplorasi di jantung Louis Vuitton.







Dibuat oleh Studio Mumbai, set pertunjukan kali ini memimik permainan Ular Tangga seukuran manusia. Permainan papan India–yang berasal dari abad kedua sebagai mandala–menantang para pemainnya untuk mencapai tujuan dari awal hingga akhir dengan memanjat tangga dan menghindari ular. Sebagai metafora akan kemungkinan, ajarannya mencerminkan gagasan tentang peluang, tanggung jawab, dan peningkatan yang tercermin dalam filosofi Pharrell Williams di Louis Vuitton. Dihelat dengan Centre Pompidou sebagai latar belakangnya–pusat pencerahan budaya Paris yang baru-baru ini ditutup untuk menjalani renovasi selama lima tahun–ruang pertunjukan kali ini dirancang oleh arsitek Bijoy Jain dari Studio Mumbai yang memadukan tradisi dan modernitas India yang didasarkan pada perhatian mendalam terhadap hubungan antara manusia dan alam. Set ini dibangun dari kayu dengan lukisan tangan yang mengubah penonton dan berperan sebagai pemain dalam permainan Ular Tangga raksasa.







Di bawah hangatnya sinar mentari, kepekaan baru terhadap dandyism yang menjadi pusat koleksi busana laki-laki Louis Vuitton untuk musim ini mulai terbentuk. Pakaian dan aksesori yang dibentuk oleh cuaca dan pemakaian memiliki karakter yang taktil dan diekspresikan lewat elemen keserbagunaan yang elegan. Materi sutra, kulit, dan wol halus tampak memudar karena sinar matahari, sementara kasmir yang dicampur dengan sutra, llama, atau vicuña diolah menyerupai tekstur mentah. Motif kotak-kotak pada deret busana bergaya dandyism dihadirkan dalam bentuk yang inovatif, dari benang logam hingga boucle dan chenille, dan dicetak pada denim. Motif kotak-kotak yang anggun terwujud pada deret outerwear dan sportswear yang ringan. Motif garis–lambang piyama dan jas–menghiasi pakaian kerja dan pakaian kerja dan muncul dalam goresan grafis seolah-olah dilukis dengan tangan pada aksesori. Gagasan menyoal glamping turut diusung Louis Vuitton musim ini untuk menyoroti hubungan erat India dengan alam indah dan naluri olahraganya. Sebagai penghormatan terhadap budaya pendakian, pakaian dan aksesori pendakian menyusup ke dalam siluet. Jaket kulit, dan sepatu bot pendakian gunung dikreasikan dengan moif khas Louis Vuitton dan dihiasi dengan hiasan mewah.









Untuk pertama kalinya, motif yang dibuat oleh Louis Vuitton untuk The Darjeeling Limited (2007) diusulkan sebagai bagian dari sebuah koleksi. Awalnya dirancang khusus untuk film arahan Wes Anderson tersebut dan menghiasi 11 koper yang ditampilkan dalam film yang berlatar di India tersebut, polanya terdiri dari permadani flora dan fauna lintas benua termasuk cheetah, gajah, rusa, jerapah, badak, zebra, dan pohon palem di atas kulit semi-tan. Motif ini turut muncul dalam rupa sulaman pada kemeja dan celana pendek bergaris, setelan denim, jahitan kotak-kotak yang elegan dan pakaian rajut, sebagai fil-coupé dalam tailoring dan kemeja, dan sebagai sulaman tangan pada mantel kasmir dan kemeja luar. Tak hanya itu saja, motif ini turut menghiasi deret aksesori termasuk koper vegetable leather semi-tan yang diberi label dengan nomor perjalanan putih tradisional seperti pada film tersebut serta logo L.V.M.–Louis Vuitton Malletier–sebagai pengganti inisial karakter.





Di departemen alas kaki, sepatu LV Jazz menjadi salah satu kreasi yang paling mencuri perhatian. Siluet super tipisnya yang tidak membedakan mana yang kiri dan kanan diusulkan dalam versi sepatu loafer bertali dan derby, serta tersedia dalam berbagai jenis kulit, suede, dan kulit burung unta dalam opsi warna pastel serta emas, cokelat, dan hitam. Sepatu LV Tilted, sepatu skate dari bahan suede dengan outsole relief Damier, berevolusi dalam warna baru dan bertabur permata. Sementara itu, LV Flip, sandal jepit bervolume yang dibuat dari kulit gelap, suede berwarna pastel, dan kulit buaya berwarna cokelat, biru, dan putih, dihadirkan untuk melengkapi sejukmlah tampilan bersiluet rileks. Layaknya sepatu LV Jazz yang tidak membedakan kiri dan kanan, sepatu LV Bubble muncul dengan siluet derby berhiaskan batu dan dalam pilihan kulit hitam atau suede cokelat, dan sebagai sepatu bot hiking dalam kulit cokelat atau krem ​​dengan ujung karet hitam. Tak sampai di situ saja, motif LV x The Darjeeling Limited menghidupkan deretan alas kaki seperti sepatu LV BUTTERSOFT, sepatu bot hiking LV Remix, serta sepatu loafer LV Jazz dan sepatu loafer derby.